
kejahilan kepada ketinggian ilmu,

i. Islam
ii. Merdeka (Bukan hamba)
iii. Baligh lagi berakal
iv. Mampu untuk berqurban
Sabda Rasullullah s.a.w yang bermaksud: "Aku disuruh berqurban dan ia sunnat bagi kau." (Riwayat al-Turmuzi).
"Telah diwajibkan kepada ku qurban dan tidak wajib bagi kamu." (Riwayat Daruqutni)
Walaupun hukum berqurban itu sunnat tetapi ia boleh bertukar menjadi wajib jika dinazarkan. Sabda Rasullullah s.a.w yang bermaksud:
"Sesiapa yang bernazar untuk melakukan taat kepada Allah, maka hendaklah dia melakukannya." (Sila Rujuk: Fiqh al-Sunnah)
3. Kesabaran demi ketaatan
Mengimbas kembali dari pengorbanan Nabi Ibrahim. Seabad kehidupan Ibrahim penuh dengan perjuangan, gerakan, jihad dan perang melawan kebodohan kaumnya, kemusyrikan, penindasan Namrudz dan kefanatikan manusia-manusia penyembah berhala. Ibrahim bersama isterinya Sarah -Wanita cantik tapi tidak memberinya anak- tinggal di rumah Azar, bapaknya yang juga salah seorang penyembah dan pembuat berhala, fanatik.
Ibrahim makin tua dan kesepian. Walaupun berada di puncak kenabiannya, namun ia adalah seorang manusia biasa. Seperti manusia lainnya, ia menginginkan seorang anak. Apalagi usianya kian senja. Ia tidak berpengharapan, kerana menurut pertimbangan akal sederhana pun perkara itu tak mungkin. Ibrahim hanya dapat mendambakan dalam do’anya:
"Ya Rabb, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang soleh. " (Ash-Shaffat : 100).
Allah SWT akhirnya melimpahkan kurniaNya kepada lelaki tua yang telah menghabiskan seluruh hidup dan kehidupannya, serta menanggung penderitaan demi menyebarluaskan risalahNya. Melalui wanita bernama Hajar, Allah SWT memberinya seorang anak; Ismail. Sebagaimana firmanNya:
"Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. "
(Ash-Shaffat: 101)
Ismail adalah anak yang didambakan Ibrahim seumur hidupnya. Kelahirannya telah didambakan selama hampir seratus tahun dan diluar perkiraan ayahnya. Ismail tumbuh bagaikan batang pohon yang mekar. Ia mendatangkan keceriahan dan kebahagiaan ke dalam hidup Ibrahim. Ia adalah harapan, kecintaan dan buah hati Ibrahim. Akan tetapi, tanpa diduga-duga wahyu Allah SWT turun memerintahkan untuk menyembelih Ismail. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, lbrahim berkata :
"Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahawa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu" (Ash-Shaffat: 102)
Betapa goncangnya jiwa Ibrahim ketika menerima wahyu yang luar biasa beratnya ini. Duka nian hatinya. Tetapi wahyu itu adalah perintah Allah : perintah menyembelih Ismail —buah hatinya. Konflik pun terjadi dalam batinnya. Siapakah yang lebih disayanginya Allah ataukah anaknya? Mengikuti perintah Allah atau menuruti perasaan manusiawinya untuk menyayangi anaknya?
Ibrahim menghadapi dua pilihan : mengikuti perasaan hatinya dengan menyelamatkan Ismail atau mentaati perintah Allah SWT dengan ‘mengorbankannya’. la harus memilih satu di antara dua. Seandainya yang diperintahkan Allah adalah agar ia mengorbankan dirinya sendiri, maka tidaklah sulit baginya menentukan pilihan. Walaupun demikian, dengan keteguhan hati Ibrahim lebih mendahulukan perintah Allah SWT dan mengorbankan rasa sayang pada anaknya.
Kilasan kisah Nabi Ibrahim tadi memberikan suri tauladan bahawa saat perintah dan hukum Allah SWT datang di mana pun dan bila, apapun harus dikorbankan. Perintah Allah di atas segala-galanya. Sebab mentaati perintah dan aturan Allah jauh lebih maslahat dibandingkan dengan menuruti perasaan dan hawa nafsu.
Selamat Menyambut Hari Raya Edul Adha
abu aiman
Di petik dari:
http://www.qurban2u.com/korban.php
http://members.tripod.com/ISLAMIKA/aj/pengorbanan.htm